Rabu, 25 Juni 2014

ANAK YATIM YANG MEMBERKAHI

Tidak ada komentar:

ANAK YATIM YANG MEMBERKAHI
Bukanlah kebetulan jika Muhammad SAW lahir
dalam keadaan yatim, sebab keyatimannya
merupakan salah satu tanda kenabian. Justru
dengan kondisi yatim tersebut terkandung
berbagai maksud dan hikmah yang terdapat di
dalamnya. Para ahli sirah nabawiyah
mengungkapkan beberapa maksud dan hikmah
keyatiman Muhammad SAW, di antaranya:
Pertama, agar Muhammad memiliki kaitan
langsung dengan Allah SWT sebagai pencipta.
Dialah yang mendidik, melindungi, mengajar dan
mempengaruhi Muhammad secara langsung,
berbeda dengan manusia pada umumnya yang
keberagamaan dan kehidupannya dipengaruhi oleh
kedua orang tua dan lingkungannya.
Allah SWT berfirman : “Bukanlah Dia (Allah)
mendapatimu sebagai anak yatim, lalu Dia
melindungi(mu). Dan Dia mendapatimu sebagai
seorang yang bingung, lalu Dia memberikan
petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai orang
yang kekurangan, lalu Dia memberikan
kecukupan.” (QS. Ad-Duha : 6-8).
Kedua, agar Muhammad SAW mengalami
langsung kehidupan sebagai anak yatim dalam
suka maupun duka, sehingga pada saat Allah
memerintahkan santunan kepada ayat yatim,
beliau memiliki pengalaman dan tahu betul apa
serta bagaimana susahnya menjadi anak yatim
tanpa harus bertanya pada pengalaman pihak
lain. Allah SWT berfirman : “Maka terhadap anak
yatim, janganlah engkau berlaku sewenang-
wenang.” (QS. Ad-Duha : 9)
Ketiga, agar Muhammad SAW memiliki
pengalaman sebagai orang miskin, sebab
keyatiman identik dengan kemiskinan jika kedua
orang tuanya tidak memiliki banyak harta
warisan. Dengan demikian beliau juga menjadi
orang pertama yang mengasihi kaum fakir miskin
pada saat Allah SWT memerintahkan untuk
mengasihi kaum fakir miskin.
Allah SWT berfirman: “Dan kepada orang yang
meminta-minta, janganlah engkau menghardik
(nya).” (QS. Ad-Duha : 10).
Keempat, agar Muhammad SAW menjadi contoh
ideal bagi semua anak manusia yang dilahirkan
dalam keadaan yatim, yaitu seorang anak yatim
yang memberkahi, mencukupkan diri dengan
keterbatasannya, tidak nakal atau mengambil hak
orang lain, serta menjadi rahmat bagi manusia di
sekelilingnya.
Lihatlah bagaimana Muhammad SAW menjadi
pribadi yang memberkahi bagi kehidupan ibu yang
menyusuinya, Halimah Al-Sa’diyah dengan
menggembala kambing dan membantunya pada
saat ibunya tersebut mengalami masa paceklik.
Lihat lah pula betapa anak yatim ini mampu
menempatkan diri dengan baik di rumah
pamannya yang miskin dengan tidak mengambil
hak sedikit pun dari anak-anak pamannya.
Kelima, agar Muhammad menjadi profil yang
menarik sebagai motivator bagi kehidupan anak-
anak yatim, yaitu seorang anak yatim atau yatim
piatu tidak harus cengeng dan terpuruk serta
menjadi alasan pembenaran untuk tidak
mendapatkan akses dalam banyak hal. Sebaliknya
dari kondisi yang lemah itulah beliau bangkit
dengan ikut berdagang bersama pamannya,
membantu kehidupan pamannya, kemudian
menjadi manager yang jujur, menjadi owner yang
penuh kasih, menjadi investor yang cerdas, lalu
dai konsisten sepanjang zaman.
Tidak tercatat dalam kitab-kitab sirah berapa
banyak kekayaan Muhammad SAW, namun jika
dilihat dari mahar yang diberikan kepada Khadijah
dengan 20 ekor unta muda dan 12 gram emas
pada saat itu, sudah terlihat betapa beliau
menjadi pribadi yang sukses dalam berdagang
dan pernah mengalami hidup kaya raya.
Kekayaan beliau melimpah pada saat berada di
Madinah dalam bentuk Fa’i (harta ingkar
perdamaian), Al-Shafi (harta pilihan sebelum
Ghanimah dibagi), Al-Sahm (bagian di luar 1/5
yang menjadi hak rasul) dan hadiah. Namun,
beliau tetap dermawan dan hidup bersahaja,
sampai-sampai seorang lelaki musyrik yang
meminta kekayaan kepadanya menyeru kepada
kaumnya dengan mengatakan : “Masuk Islamlah
kalian, sebab Muhammad jika memberi sesuatu
tidak takut miskin.”
Demikianlah seharusnya kondisi yatim tidak
menjadi alasan terbatasnya akses pendidikan,
pemicu kemalasan, kerendahan diri, dan
keterpurukan dalam kemiskinan, melainkan
sebaliknya harus menjadi motivasi dalam meraih
kehidupan yang lebih baik dengan tetap
menekankan sikap jujur, amanah, dan
memfungsikan kecerdasan akal serta pendekatan
diri kepada Allah SWT. Sebab, hanya dengan cara
itu anak-anak yatim yang ada di sekitar kita
dapat menjadi anak yatim yang memberkahi
sebagaimana pribadi Rasulullah SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

petunjuk arah

 
back to top