Segala puji hanya bagi Allah s.w.t., Tuhan
empunya sekalian Alam, Tiada Ia berhajat
kepada selain-Nya, malah selain-Nya lah yang
berhajat kepada-Nya. Selawat dan salam semoga
dilimpahkan Allah s.w.t. ke atas junjungan kita
Sayyidina Nabi Muhammad s.a.w. (Ya Allah
tempatkan baginda di tempat yang terpuji
sepertimana yang Kau janjikan Amin) Beserta
Ahlulbayt dan Para Sahabat R.anhum yang mulia
lagi mengerah keringat menyebarkan Islam yang
tercinta. Dan kepada mereka yang mengikut
mereka itu dari semasa ke semasa hingga ke
hari kiamat...Ya Allah Ampuni kami, Rahmati
Kami, Kasihani Kami ...Amin
Amma Ba'du,
Al-Imam Bukhari dan Al-Imam Muslim rah.
meriwayatkan daripada Sayyidina Anas bin Malik
r.anhu, bahawa junjungan kita Nabi s.a.w.
bersabda :
"sedianya sembahyangku akan kupanjangkan,
namun bila ku dengar tangisan bayi, terpaksa aku
singkatkan kerana mengetahui betapa gelisah hati
ibunya, dan di mana saja baginda dengan anak
kecil maka dengan penuh kasih sayang
dipegangnya."
Mengusap-usap dan membelai rambut kepalanya
atau menciuminya, seperti kata Sayyidatina
Aisyah r.anha, bahawa Nabi s.a.w. menciumi Al-
Hassan dan Al-Husin, di hadapan Al'aqra bin
Habis yang hairan lalu berkata :
"Ya Rasulullah , saya mempunyai sepuluh anak,
tak seorangpun yang pernah ku cium seperti
engkau ini," maka Rasulullah s.a.w. dengan tajam
memandangnya, seraya bersabda "sesiapa yang
tidak memiliki rasa rahmat dalam hatinya, tidak
akan dirahmati oleh Allah s.w.t."
Sayyidatina Aisyah r.anha juga meriwayatkan :
bahawa datang seorang Badwi kepada Rasulullah
s.a.w. :Kalian suka benar menciumi anak, sedang
kami tidak pernah melakukan yang demikian itu.
Maka Rasulullah s.a.w. segera membalas
"Apakah yang hendak kukatakan bila rahmat
sudah hilang tercabut dari seseorang."
Baginda s.a.w. selalu menggembirakan hati anak-
anak, dan bila datang seorang membawa
bingkisan, berupa buah-buahan misalnya, maka
yang pertama diberinya, ialah anak-anak kecil
yang kebetulan ada di majlis itu, sebagai yang
diriwayatkan oleh Al-Imam Ibnu Sunniy dan Al-
Imam At-Thabrani rah.
Sedang terhadap yatim piatu, perhatian Nabi
s.a.w. sangat besar sekali, prihatin, melindungi,
dan menjamin keperluan hidup mereka, dan selalu
dipesankan dan dianjurkan kepada umatnya
dalam tiap keadaan. "Aku dan pemeliharaan anak
yatim, akan berada di syurga kelak", sambil
mengisyaratkan dan mensejajarkan kedua jari
tengah dan telunjuknya, demikianlah sabda
baginda s.a.w. (H.R. Bukhari)
Dalam hadis yang lain baginda s.a.w. bersabda
"Sebaik-baik rumah tangga muslim ialah yang di
dalamnya ada anak yatim yang dilayani dengan
baik" (H.R. Ibnu Majah)
Dan apabila ada seseorang dari sahabatnya
menderita kerana sesuatu musibah yang
dialaminya, baginda s.a.w. juga ikut
merasakannya, bahkan ada kalanya menangis
kerana terharu.
Pada suatu hari, baginda s.a.w. bersama dengan
Sayyidina Abdur Rahman bin Auf r.anhu
menjenguk ke rumah Sayyidina Sa'ad bin Ubadah
r.anhu yang sedang sakit, demi Nabi s.a.w.
melihatnya, maka bercucuranlah air matanya,
sehingga menangis pula semua yang ada di
rumah itu.
Dan ketika Sayyidina Usman bin Madh'un
meninggal, Nabi s.a.w. datang melewat, baginda
s.a.w. lalu menciumnya sedang air matanya
meleleh membasahi pipinya, sehingga Sayyidatina
Aisyah r.anha berkata aku melihat air mata
Rasulullah s.a.w. jatuh membasahi wajah Usman
r.anhu yang telah wafat itu, di dalam riwayat
yang lain, Nabi s.a.w. mencium antara kedua
matanya, kemudian menangis kerana terharu.
PENGERTIAN ANAK YATIM DAN
KEDUDUKANNYA DALAM ISLAM
Siapakah yang dimaksud dengan anak yatim?
Apakah perbedaan antara anak yatim dan anak
piatu? Lalu bagaimana dengan anak yatim-piatu?
Secara bahasa “yatim” berasal dari bahasa arab.
Dari fi’il madli “yatama” mudlori’ “yaitamu” dab
mashdar ” yatmu” yang berarti : sedih. Atau
bermakana : sendiri.
Adapun menurut istilah syara’ yang dimaksud
dengan anak yatim adalah anak yang ditinggal
mati oleh ayahnya sebelum dia baligh. Batas
seorang anak disebut yatim adalah ketika anak
tersebut telah baligh dan dewasa, berdasarkan
sebuah hadits yang menceritakan bahwa Ibnu
Abbas r.a. pernah menerima surat dari Najdah bin
Amir yang berisi beberapa pertanyaan, salah
satunya tentang batasan seorang disebut yatim,
Ibnu Abbas menjawab:
ﻭﻛﺘﺒﺖ ﺗﺴﺄﻟﻨﻰ ﻋﻦ ﺍﻟﻴﺘﻴﻢ ﻣﺘﻰ ﻳﻨﻘﻄﻊ ﻋﻨﻪ ﺍﺳﻢ ﺍﻟﻴﺘﻢ ،
ﻭﺇﻧﻪ ﻻ ﻳﻨﻘﻄﻊ ﻋﻨﻪ ﺍﺳﻢ ﺍﻟﻴﺘﻢ ﺣﺘﻰ ﻳﺒﻠﻎ ﻭﻳﺆﻧﺲ ﻣﻨﻪ
ﺭﺷﺪ
( ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ )
Dan kamu bertanya kepada saya tentang anak
yatim, kapan terputus predikat yatim itu,
sesungguhnya predikat itu putus bila ia sudah
baligh dan menjadi dewasa
Sedangkan kata piatu bukan berasal dari bahasa
arab, kata ini dalam bahasa Indonesia
dinisbatkan kepada anak yang ditinggal mati oleh
Ibunya, dan anak yatim-piatu : anak yang
ditinggal mati oleh kedua orang tuanya.
Didalam ajaran Islam, mereka semua mendapat
perhatian khusus melebihi anak-anak yang wajar
yang masih memiliki kedua orang tua. Islam
memerintahkan kaum muslimin untuk senantiasa
memperhatikan nasib mereka, berbuat baik
kepada mereka, mengurus dan mengasuh mereka
sampai dewasa. Islam juga memberi nilai yang
sangat istimewa bagi orang-orang yang benar-
benar menjalankan perintah ini.
Secara psykologis, orang dewasa sekalipun
apabila ditinggal ayah atau ibu kandungnya
pastilah merasa tergoncang jiwanya, dia akan
sedih karena kehilangan salah se-orang yang
sangat dekat dalam hidupnya. Orang yang selama
ini menyayanginya, memperhatikannya, menghibur
dan menasehatinya. Itu orang yang dewasa, coba
kita bayangkan kalau itu menimpa anak-anak
yang masih kecil, anak yang belum baligh, belum
banyak mengerti tentang hidup dan kehidupan,
bahkan belum mengerti baik dan buruk suatu
perbuatan, tapi ditinggal pergi oleh Bapak atau
Ibunya untuk selama-lamanya.
Betapa agungnya ajaran Islam, ajaran yang
universal ini menempatkan anak yatim dalam
posisi yang sangat tinggi, Islam mengajarkan
untuk menyayangi mereka dan melarang
melakukan tindakan-tindakan yang dapat
menyinggung perasaan mereka. Banyak sekali
ayat-ayat Al-qur’an dan hadits-hadits Nabi saw
yang menerangkan tentang hal ini. Dalam surat
Al-Ma’un misalnya, Allah swt berfirman:
)) ﺃﺭﺃﻳﺖ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﻜﺬﺏ ﺑﺎﻟﺪﻳﻦ ، ﻓﺬﻟﻚ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺪﻉ ﺍﻟﻴﺘﻴﻢ ،
ﻭﻻ ﻳﺤﺾ ﻋﻠﻰ ﻃﻌﺎﻡ ﺍﻟﻤﺴﻜﻴﻦ ((
.
“Tahukah kamu orang yang mendustakan Agama,
itulah orang yang menghardik anak yatim, dan
tidak menganjurkan memberi makan kepada
orang miskin “
{QS. Al-ma’un : 1-3}
Orang yang menghardik anak yatim dan tidak
menganjurkan memberi makan kepada fakir
miskin, dicap sebagai pendusta Agama yang
ancamannya berupa api neraka
Dalam ayat lain, Allah juga berfirman :
)) ﻓﺄﻣﺎ ﺍﻟﻴﺘﻴﻢ ﻓﻼ ﺗﻘﻬﺮ ، ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺴﺎ ﺋـﻞ ﻓﻼ ﺗﻨﻬﺮ ((
“Maka terhadap anak yatim maka janganlah
engkau berlaku sewenang-wenang. Dan
terhadap pengemis janganlah menghardik”.{QS.
Ad-Dhuha : 9 – 10 )
Sedangkan hadits-hadits Nabi saw yang
menerangkan tentang keutamaan mengurus anak
yatim diantaranya sabda beliau :
ﺃﻧﺎ ﻭﻛﺎﻓﻞ ﺍﻟﻴﺘﻴﻢ ﻓﻰ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻫﻜﺬﺍ ﻭﺃﺷﺎﺭ ﺑﺎﻟﺴﺒﺎﺑﺔ
ﻭﺍﻟﻮﺳﻄﻰ ﻭﻓﺮﺝ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﺷﻴﺌﺎ
( ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ، ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻄﻼﻕ ، ﺑﺎﺏ ﺍﻟﻠﻌﺎﻥ )
Aku dan pengasuh anak yatim berada di Surga
seperti ini, Beliau memberi isyarat dengan jari
telunjuk dan jari tengah-nya dan beliau sedikit
merengganggangkan kedua jarinya
Dan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw
bersabda :
ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ” ﻣﻦ
ﻗﺒﺾ ﻳﺘﻴﻤﺎ ﻣﻦ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﻃﻌﺎﻣﻪ ﻭﺷﺮﺍﺑﻪ
ﺃﺩﺧﻠﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﺇﻻ ﺃﻥ ﻳﻌﻤﻞ ﺫﻧﺒﺎ ﻻ ﻳﻐﻔﺮ ﻟﻪ ( ﺳﻨﻦ
ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ )
Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw bersabda :
barang siapa yang memberi makan dan minum
seorang anak yatim diantara kaum muslimin,
maka Allah akan memasukkannya kedalam surga,
kecuali dia melakukan satu dosa yang tidak
diampuni.
Imam Ahmad dalam musnadnya meriwayatkan
dari Abu Hurairoh r.a. hadits yang berbunyi :
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺃﻥ ﺭﺟﻼ ﺷﻜﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺴﻮﺓ ﻗﻠﺒﻪ ﻓﻘﺎﻝ ﺇﻣﺴﺢ ﺭﺃﺱ ﺍﻟﻴﺘﻴﻢ ﻭﺃﻃﻌﻢ
ﺍﻟﻤﺴﻜﻴﻦ ( ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ )
Dari Abu Hurairoh, bahwa seorang laki-laki
mengadu kepada Nabi saw akan hatinya yang
keras, lalu Nabi berkata: usaplah kepala anak
yatim dan berilah makan orang miskin
Dan hadits dari Abu Umamah yang berbunyi :
ﻋﻦ ﺃﺑﻰ ﺃﻣﺎﻣﺔ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ﻣﻦ
ﻣﺴﺢ ﺭﺃﺱ ﻳﺘﻴﻢ ﺃﻭ ﻳﺘﻴﻤﺔ ﻟﻢ ﻳﻤﺴﺤﻪ ﺇﻻ ﻟﻠﻪ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﺑﻜﻞ
ﺷﻌﺮﺓ ﻣﺮﺕ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻳﺪﻩ ﺣﺴﻨﺎﺕ ﻭﻣﻦ ﺃﺣﺴﻦ ﺇﻟﻰ ﻳﺘﻴﻤﺔ
ﺃﻭ ﻳﺘﻴﻢ ﻋﻨﺪﻩ ﻛﻨﺖ ﺃﻧﺎ ﻭﻫﻮ ﻓﻰ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻛﻬﺎﺗﻴﻦ ﻭﻗﺮﻥ ﺑﻴﻦ
ﺃﺻﺒﻌﻴﻪ ( ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ )
Dari Abu Umamah dari Nabi saw berkata:
barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim
laki-laki atau perempuan karena Allah, adalah
baginya setiap rambut yang diusap dengan
tangannya itu terdapat banyak kebaikan, dan
barang siapa berbuat baik kepada anak yatim
perempuan atau laki-laki yang dia asuh, adalah
aku bersama dia disurga seperti ini, beliau
mensejajarkan dua jari-nya.
Demikianlah, ajaran Islam memberikan kedudukan
yang tinggi kepada anak yatim dengan
memerintahkan kaum muslimin untuk berbuat
baik dan memuliakan mereka. . Kemudian
memberi balasan pahala yang besar bagi yang
benar-benar menjalankannya, disamping
mengancam orang-orang yang apatis akan nasib
meraka apalagi semena-mena terhadap harta
mereka. Ajaran yang mempunyai nilai sosial
tinggi ini, hanya ada didalam Islam. Bukan hanya
slogan dan isapan jempol belaka, tapi
dipraktekkan oleh para Sahabat Nabi dan kaum
muslimin sampai saat ini. Bahkan pada jaman
Nabi saw dan para Sahabatnya, anak-anak yatim
diperlakukan sangat istimewa, kepentingan
mereka diutamakan dari pada kepentingan pribadi
atau keluarga sendiri.
Gambaran tentang hal ini, diantaranya dapat kita
lihat dari hadits berikut ini :
ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻗﺎﻝ ﻟﻤﺎ ﺃﻧﺰﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ( ﻭﻻ ﺗﻘﺮﺑﻮﺍ
ﻣﺎﻝ ﺍﻟﻴﺘﻴﻢ ﺇﻻ ﺑﺎﻟﺘﻰ ﻫﻲ ﺃﺣﺴﻦ ) ﻭ (ﺇﻥ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﺄﻛﻠﻮﻥ
ﺃﻣﻮﺍﻝ ﺍﻟﻴﺘﺎﻣﻰ ﻇﻠﻤﺎ ) ﺍﻷﻳﺔ ﺍﻧﻄﻠﻖ ﻣﻦ ﻛﺎﻥ ﻋﻨﺪﻩ ﻳﺘﻴﻢ
ﻓﻌﺰﻝ ﻃﻌﺎﻣﻪ ﻣﻦ ﻃﻌﺎﻣﻪ ﻭﺷﺮﺍﺑﻪ ﻣﻦ ﺷﺮﺍﺑﻪ ﻓﺠﻌﻞ
ﻳﻔﻀﻞ ﻣﻦ ﻃﻌﺎﻣﻪ ﻓﻴﺤﺒﺲ ﻟﻪ ﺣﺘﻰ ﻳﺄﻛﻠﻪ ﺃﻭ ﻳﻔﺴﺪ
ﻓﺎﺷﺘﺪ ﺫﻟﻚ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻓﺬﻛﺮﻭﺍ ﺫﻟﻚ ﻟﺮﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﺄﻧﺰﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ (ﻭﻳﺴﺄﻟﻮﻧﻚ ﻋﻦ ﺍﻟﻴﺘﺎﻣﻰ
ﻗﻞ ﺇﺻﻼ ﺡ ﻟﻬﻢ ﺧﻴﺮ ﻭﺇﻥ ﺗﺨﺎﻟﻄﻮﻫﻢ ﻓﺈﺧﻮﺍﻧﻜﻢ ) ﻓﺨﻠﻄﻮﺍ
ﻃﻌﺎﻣﻬﻢ ﺑﻄﻌﺎﻣﻪ ﻭﺷﺮﺍﺑﻬﻢ ﺑﺸﺮﺍﺑﻪ
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : ketika Allah Azza wa
jalla menurunkan ayat “janganlah kamu
mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara
yang hak” dan “sesungguhnya orang-orang yang
memakan harta anak yatim dengan dzolim” ayat
ini berangkat dari keadaan orang-orang yang
mengasuh anak yatim, dimana mereka
memisahkan makanan mereka dan makanan anak
itu, minuman mereka dan minuman anak itu,
mereka mengutamakan makanan anak itu dari
pada diri mereka, makanan anak itu diasingkan
disuatu tempat sampai dimakannya atau menjadi
basi, hal itu sangat berat bagi mereka kemudian
mereka mengadu kepada Rasulullah saw.
Lalu Allah menurunkan ayat “dan mereka
bertanya kepadamu (Muhammad) tentang anak
yatim. katakanlah berbuat baik kepada mereka
adalah lebih baik, dan jika kalian bercampur
dengan mereka, maka mereka adalah saudara-
saudaramu” kemudian orang-orang itu
menyatukan makanan mereka dengan anak
yatim.
Anak Yatim Penyejuk Hati
Inginkah hatmu menjadi lembut dan damai?
Rasulullah SAW memberi resep untuk itu. Kata
Bersabda,
''Bila engkau ingin agar hati menjadi lembut dan
damai dan Anda mencapai keinginanmu,
sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan
berilah dia makanan seperti yang engkau makan.
Bila itu engkau lakukan, hatimu akan tenang serta
lembut dan keinginanmu akan tercapai. (HR
Thabrani).
Hadis tersebut memberikan petunjuk kepada umat
Islam bahwa salah satu sarana untuk
menenangkan batin dan mendamaikan hati ini
adalah mendekati anak yatim, terlebih yatim
piatu. Mengusap kepala mereka dan memberinya
makan minum merupakan simbol kepedulian dan
perhatian serta tanggung jawab terhadap anak
yatim/piatu.
Berbuat baik terhadap anak yatim/piatu bukanlah
sekadar turut membantu menyelesaikan lapar dan
dahaga sosialnya. Tetapi, di sisi lain perbuatan
itu merasuk ke dalam batin, menenteramkan hati,
dan mendamaikan perasaan orang yang memberi
perhatian kepada mereka. Berbagai ayat Alquran
dan hadis Nabi banyak membicarakan betapa
mulianya kedudukan anak yatim/piatu di mata
Allah SWT.
Di dalam surat Ad-Dhuha ayat 9, Allah SWT
melarang untuk melakukan kekerasan kepada
anak yatim/piatu. Firman Allah SWT: ''Adapun
terhadap anak yatim maka janganlah kamu
berlaku sewenang-wenang.'' Anak yatim yang
ditinggal wafat oleh ayahnya dan yatim piatu
yang ditinggalkan ayah-ibunya, mendambakan
belaian dan kasih sayang dari orang lain. Baik
keluarga terdekat maupun dari yang lainnya. Ia
mengharapkan tumpuan kasih sayang dan
sebaliknya juga sekaligus menjaga sumber kasih
dan ketenangan itu. Orang yang menenangkan
hati dan perasaan anak yatim, ia pun akan
memperoleh balasan seperti itu pula, yakni
ketenangan batin.
Rasulullah SAW terkenal dengan
kelemahlembutannya yang demikian tinggi
terhadap anak yatim/piatu. Diriwayatkan dalam
sebuah hadis bahwa pada suatu hari raya Idul
Fitri, Rasulullah SAW melihat seorang anak yatim,
lalu beliau mengelus dan merangkulnya, berbuat
baik padanya, membawa anak itu ke rumah
beliau, lalu berkata kepada anak yatim itu,
''Wahai anak, maukah engkau bila aku menjadi
ayahmu dan Aisyah menjadi ibumu?''
Jadi, anak yatim/piatu adalah sumber ketenangan
batin, mendekati dan berbuat baik kepadanya
akan menenangkan kalbu. Sebaliknya, jikalau
anak yatim disakiti dan dizalimi, maka Allah SWT
akan menurunkan kesengsaraan hidup kepada
mereka yang berbuat sewenang-wenang itu.
Nb.
Penulis menulis ini dengan perasaan haru
biru..dan tetesan airmata..melihat betapa byk
anak anak kecil..yatim piatu..seperti tidak di
peduilikan..dijalan..ada yg mencari sesuap nasi di
tong sampah..ada yg..meminta minta disudut
mall,pasar..di usir..di caci..dan ada yg
dipekerjakan..untuk..kepentingan pribadi..dan
kepuasan sex..ada yg menjadi pembantu..majikan
kejam..ada pula yg masih kecil umur 5
tahunan..terpaksa mencari napkah demi ibunya
yg sakit..tak lagi bisa kerja..sementara ayahnya
ntah dimana..kemana hati nurani kita? kemana
nilai nilai kemanusiaan kita..kemana keimanan
kita ? pantaskah org yg mengaku beriman menyia
nyiakan insan manusia yg butuh pertolongan?
ataukah kita hanya mau menolong..tetangga yg
kaya..tetangga yg kenduri ?atau sahabat karana
dipandang sahabat? sungguh! tiada akan pernah
sempurna iman seseoarang yg melalaikan anak
yatim piatu..Sahabat.kakak.adik.ayah dan ibu
serta kaum muslimin semuanya.. kasihanilah,
cintailah akan anak kecil, yatim piatu, dan
penderita sebagaimana yang ditunjukkan
junjungan kekasih kita, ikutan kita Sayyidina Nabi
Muhammad s.a.w. . Sungguh pada diri Nabi
s.a.w. itu, adalah akhlak yang termulia.
Selawat dan Salam moga dilimpahkan Allah
s.w.t. atas junjungan serta Sayyid kita Nabi
Muhammad s.a.w. (Ya Allah Tempatkan
Junjungan kami di tempat yang Kau
janjikan ...Amin) Beserta Ahlulbayt dan para
sahabat r.anhum yang mulia lagi menyayangi
akan Umat Nabi s.a.w. ini.
Dan Segala Puji hanya bagi Allah s.w.t., Tuhan
Empunya sekalian Alam, Tiada berlaku sesuatu
melainkan dengan Kehendak-Nya, lagi Maha
Mengatur , Maha Kuasa , Tiada Daya Upaya
melainkan Allah Azza Wajalla, Dan Allah s.w.t.
Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani.
Allah s.w.t. jua Yang Maha Mengetahui...
Mengenai Kami
Selasa, 24 Juni 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar