Rabu, 25 Juni 2014

Keistimewaan menyatuni anak yatim

Tidak ada komentar:

ﺃﻧﺎ ﺃﺣﺒﻚ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ
“Sesungguhnya Allah beserta Malaikat-Nya
senantiasa bershalawat untuk Nabi Muhammad.
Hai orang-orang yang beriman, bacalah shalawat
dan salam untuk Nabi dengan sungguh-
sungguh.” (QS. Al Ahzab: 56).
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi orang lain." (HR. Muslim)
Islam telah mendorong pemeluknya agar memiliki
akhlak mulia. Salah satu akhlak mulia itu adalah
menyantuni anak yatim. Sesungguhnya, anak
yatim adalah manusia yang paling membutuhkan
pertolongan dan kasih sayang. Karena ia adalah
anak yang kehilangan ayahnya pada saat ia
sangat membutuhkannya. Ia membutuhkan
pertolongan dan kasih sayang kita, karena ia
tidak mungkin mendapatkan kasih sayang
ayahnya yang telah tiada.
Jika anda melihat seseorang yang penyayang
kepada anak-anak yatim dan menyantuni mereka,
maka ketahuilah bahwa ia adalah seorang yang
berbudi dan berakhlak mulia.
Suatu ketika Saib bin Abdullah datang kepada
Rasulullah, maka Rasulullah bersabda kepadanya:
“Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa
kamu lakukan ketika kamu masih dalam
kejahiliyahan, laksanakan pula ia dalam masa
keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak
yatim, dan berbuat baiklah kepada
tetangga.” [HR. Ahmad dan Abu Dawud, Shahih
Abu Dawud, Al-Albani: 4836].
Dalam sebuah atsar disebutkan riwayat dari
Daud, yang berkata “Bersikaplah kepada anak
yatim, seperti seorang bapak yang
penyayang.” [HR. Bukhari].
Kasih sayang dan berbuat baik kepada anak
yatim, sebagaimana yang telah saya katakan
kepada anda, adalah sebagian dari akhlak dan
moralitas orang-orang yang mulia. Itu tidak bisa
dilakukan kecuali oleh seorang lelaki yang mulia,
yang menghimpun banyak budi pekerti mulia,
yang mencintai kebajikan.
Abdullah bin Umar tidak pernah memakan
makanan kecuali di meja makannya ada seorang
anak yatim yang makan bersamanya.
Maka, jadilah orang seperti itu! Seorang yang
penyantun, lemah lembut, dan berupaya berbuat
kebaikan kepada anak yatim, mengusap air mata
mereka dengan tangan dan harta anda serta
memasukkan perasaan gembira ke dalam hati
mereka.
Ketahuilah, bahwa jika kita mendapat taufiq untuk
melaksanakan itu, maka kita benar-benar
manusia yang beruntung. Yang berhak mendapat
gelar “Seorang yang Berbudi”.
KEPADA ANDA YANG INGIN MENEMANI NABI DI
SURGA
Masuk surga adalah kesuksesan paling tinggi
yang diraih oleh orang-orang yang beriman.
Bagaimana pula dengan menemani Rasulullah
didalamnya? Itu adalah derajat yang akan diraih
oleh orang-orang yang menyantuni anak yatim.
Rasulullah bersabda:
“Aku dan orang-orang yang mengasuh/
menyantuni anak yatim di Surga seperti ini”,
Kemudian beliau memberi isyarat dengan jari
telunjuk dan jari tengah seraya sedikit
merenggangkannya. [HR. Bukhari].
Imam Ibnu Bathal berkata: “Orang yang
mendengar hadis ini wajib melaksanakannya, agar
ia bisa menjadi sahabat Rasulullah di surga. Di
akhirat, tidak ada kedudukan yang lebih utama
dari itu.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Isyarat ini cukup
untuk menegaskan kedekatan kedudukan pemberi
santunan kepada anak yatim dan kedudukan Nabi,
karena tidak ada jari yang memisahkan jari
telunjuk dengan jari tengah.”
Tahukah anda, apa hasil yang akan diperoleh
dengan menyantuni dan mengasihi anak yatim,
apa sikap kita terhadap kebaikan ini?
Jika kita termasuk orang-orang yang mampu,
apakah kita pernah berpikir untuk menyantuni
seorang anak yatim, sehingga kita bisa menjadi
sahabat Rasulullah di surga. Untuk menyantuni
anak yatim kita tidak harus memiliki kekayaan
yang melimpah. Melainkan, siapa yang memungut
seorang anak yatim, memberinya makanan
dengan makanan yang sehari-hari yang
dimakannya, memberinya minum dengan
minuman yang bisa diminumnya, maka ia akan
memperoleh kedudukan tersebut.
Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang
mengikutsertakan seorang anak yatim diantara
dua orang tua yang muslim, dalam makan dan
minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti
masuk surga.” [HR. Abu Ya'la dan Thabrani,
Shahih At Targhib Al-Albaniy: 2543].
Karena itu, jika kita mendapat kesempatan untuk
menyantuni anak yatim, jangan sekali-kali kita
sia-siakan. Jika kita tidak menyukai hal itu dan
menyia-nyiakannya, maka pikirkanlah pahala bagi
orang yang menyantuni anak yatim. Tidakkah kita
ingin menjadi sahabat Rasulullah di surga?
MULIAKANLAH ANAK YATIM, NISCAYA HATIMU
MENJADI LUNAK DAN KEBUTUHANMU
TERPENUHI
Jika kita mengeluhkan hati kita yang keras, maka
menyantuni anak yatim merupakan sarana yang
bisa menjadikan hati lunak. Ia adalah obat yang
diwasiatkan oleh Rasulullah yang telah diutus
dengan membawa petunjuk dengan kebenaran.
Diriwayatkan oleh Abu Darda’ yang berkata: “Ada
seorang laki-laki yang datang kepada nabi
mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabipun
bertanya: sukakah kamu, jika hatimu menjadi
lunak dan kebutuhanmu terpenuhi? Kasihilah anak
yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari
makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan
kebutuhanmu akan terpenuhi.” [HR. Thabrani,
Targhib, Al Albaniy: 254].
Sesungguhnya, mengasihi anak yatim merupakan
sarana untuk melunakkan hati dan
mengupayakan terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan. Sebab, orang yang mengasihi anak
yatim telah memposisikan diri seperti ayahnya.
Seorang ayah, secara naluriyah memiliki karakter
sayang dan mengasihi anak-anaknya. Adapun
orang yang mengasihi anak yatim memiki satu
sifat lain, yaitu mengasihi anak yang bukan anak
kandungnya.
Barang siapa keadaannya seperti itu maka
dihatinya terhimpun sarana-sarana yang bisa
melembutkan hatinya, sekalipun sebelumya
merupakan hati yang keras.
Tidak diragukan lagi ini merupakan obat yang
mujarab. Kita tidak akan pernah mendapati orang
yang menyantuni anak yatim, kecuali pasti
memiliki hati yang pengasih.
Kebalikan dari ini, kita tidak akan menjumpai
seorang pun yang tidak mengasihi anak yatim,
kecuali ia memiliki hati yang keras dan berakhlak
buruk.
Manfaat lain dari tindakan mengasihi anak yatim
yang telah dikabarkan oleh Rasulullah kepada
seorang yang bertanya kepada beliau adalah:
bahwa meyantuni anak yatim merupakan sarana
terpenuhimya kebutuhan dan terwujudnya apa
yang dicari.
Sesungguhnya, orang yang berbuat kebaikan
kepada anak orang lain adalah orang yang telah
memasukkan rasa gembira dihati mereka. Tidak
diragukan lagi, Allah pasti tidak akan menyia-
nyiakannya, karena Allah Maha Pengasih dan
Mencintai semua orang yang pengasih.
Rasulullah bersabda: “Orang-orang yang
pengasih, akan dikasihi oleh Ar-Rahman (Yang
Maha Pengasih) Tabaaroka wa ta’ala. Kasihilah
siapa yang ada dibumi niscaya engkau dikasihi
oleh yang di langit.” [HR. Abu dawud, Tirmidzi
dan lain-lain. As silsilatu Shahihah: 925].
Maka, kasihilah anak yatim, niscaya Allah akan
memperbaiki urusan dunia dan akhirat kita.
BAGAIMANA CARA BERBUAT BAIK KEPADA ANAK
YATIM
Berbuat baik kepada anak yatim, bisa dengan
beberapa cara:
• Memberinya makan dan pakaian, serta
menanggung kebutuhan-kebutuhan pokoknya. Di
atas telah disampaikan kepada anda
keutamaannya.
• Mengusap kepalanya serta menunjukkan kasih
sayang kepadanya. Tindakan ini akan mempunyai
pengaruh besar terhadap kejiwaan anak yatim.
Ibnu Umar jika melihat anak yatim, beliau
mengusap kepalanya dan memberinya sesuatu.
• Membiayai sekolahnya, sebagaimana seseoang
ingin menyekolahkan anaknya.
• Mendidiknya dengan ikhlas, sebagaimana
keikhlasanya dalam mendidik anak kandungnya
sendiri.
• Jika ia melakukan perbuatan yang
mengharuskan di beri hukuman maka bersikap
lemah-lembut dalam mendidiknya.
• Bertakwa kepada Allah dalam mengelola harta
anak yatim, jika anak yatim itu mempunyai harta
kekayaan. Jangan sampai hartanya di habiskan
karena menginginkan agar anak yatim itu kelak
tidak meminta hartanya kembali. Sebaliknya,
hartanya harus di jaga, sehinga ketika ia telah
dewasa, harta tersebut dikembalikan kepadanya.
• Mengembangkan harta anak yatim dan bersikap
ikhlas di dalamnya, sehingga hartanya tidak habis
oleh zakat.
Inilah beberapa gambaran tentang cara berbuat
baik kepada anak yatim. Berbuat baik kepada
anak yatim tidak hanya diperintahkan kepada
orang-orang tertentu, akan tetapi setiap muslim
diperintahkan untuk itu sebagaimana ia
diperintahkan untuk melaksanakan semua amal
yang baik dan shalih.
Jika Allah mengetahui ketulusan niat seorang
hamba, niscaya Dia akan membantunya dalam
melaksanakan perbuatan baik. Maka, hendaklah
engkau berkeinginan kuat untuk melasanakan
amal-amal shalih, walaupun baru sekedar berniat
di hati sampai suatu saat Allah memberikan
kesempatan anda untuk melakukan amal shalih.
Sungguh, tidak ada orang yang lebih lemah
daripada orag yang tidak mampu menyelinapkan
niat di hatinya untuk melasanakan amal-amal
shalih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

petunjuk arah

 
back to top