Minggu, 22 Juni 2014

Kisah sedekah yang menyentuh hati

Tidak ada komentar:


KISAH SEDEKAH YANG MENYENTUH HATI
Kisah di bawah ini adalah kisah yang didapat dari
milis alumni Jerman, atau warga Indonesia yg
bermukim atau pernah bermukim di sana .
Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan
direnungkan seumur hidup.
Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja
menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang
harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen
sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya
harapkan setiap orang memilikinya.
Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya
diberi nama "Smiling." Seluruh siswa diminta untuk
pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada
tiga orang asing yang ditemuinya dan
mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu
setiap siswa diminta untuk mempresentasikan
didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang,
mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada
setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah
mudah. Setelah menerima tugas tsb, saya
bergegas menemui suami saya dan anak bungsu
saya yang menunggu di taman di halaman kampus,
untuk pergi kerestoran McDonald's yang berada di
sekitar kampus.
Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering.
Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian,
saya menyela dan meminta agar dia saja yang
menemani si bungsu sambil mencari tempat duduk
yang masih kosong.Ketika saya sedang dalam
antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap
orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan
bahkan orang yang semula antri dibelakang saya
ikut menyingkir keluar dari antrian.Suatu perasaan
panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan
melihat mengapa mereka semua pada menyingkir ?
Saat berbalik itulah saya membaui suatu "bau
badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata
tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki
tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan
tidak mampu bergerak sama sekali.
Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya
menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri
lebih dekat dengan saya, dan ia sedang
"tersenyum" kearah saya. Lelaki ini bermata biru,
sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih
sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia
meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya'
ditempat itu.Ia menyapa "Good day!" sambil tetap
tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin
yang disiapkan untuk membayar makanan yang
akan dipesan. Secara spontan saya membalas
senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas'
yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua
sedang memainkan tangannya dengan gerakan
aneh berdiri di belakang temannya.
Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu
menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata
biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat
prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam
antrian itu kini hanya tinggal saya bersama
mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai
didepan counter. Ketika wanita muda di counter
menanyakan kepada saya apa yang ingin saya
pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk
memesan duluan. Lelaki bermata biru segera
memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona." Ternyata
dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu
dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan
direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran
dan menghangatkan tubuh, maka orang harus
membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini
hanya ingin menghangatkan badan.
Tiba-tiba saja saya diserang oleh rasa iba yang
membuat saya sempat terpaku beberapa saat,
sambil mata saya mengikuti langkah mereka
mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari
tamu-tamu lainnya, yang hampir semuanya sedang
mengamati mereka.. Pada saat yang bersamaan,
saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata
di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan
pasti juga melihat semua 'tindakan' saya. Saya
baru tersadar setelah petugas di counter itu
menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan
apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan
minta diberikan dua paket makan pagi (diluar
pesanan saya) dalam nampan terpisah.
Setelah membayar semua pesanan, saya minta
bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk
mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/
tempat duduk suami dan anak saya. Sementara
saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari
sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki
itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi
makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan
tangan saya di atas punggung telapak tangan
dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap
"makanan ini telah saya pesan untuk kalian
berdua." Kembali mata biru itu menatap dalam ke
arah saya, kini mata itu mulai basah berkaca-kaca
dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih
banyak, nyonya."
Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil
menepuk bahunya saya berkata "Sesungguhnya
bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan
juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan
sesuatu ketelinga saya untuk menyampaikan
makanan ini kepada kalian." Mendengar ucapan
saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan
memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu
ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu. Saya
sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya
berjalan meninggalkan mereka dan bergabung
dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari
tempat duduk mereka.
Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan
tangis saya sambil tersenyum dan berkata
"Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan
dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk
memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-
anakku! " Kami saling berpegangan tangan
beberapa saat dan saat itu kami benar-benar
bersyukur dan menyadari,bahwa hanya karena
'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan
'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi
orang lain yang sedang sangat membutuhkan.
Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai
dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan
disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu
persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar
ingin 'berjabat tangan' dengan kami.
Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi
tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah
memberikan pelajaran yang mahal bagi kami
semua yang berada disini, jika suatu saat saya
diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan
seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada
kami." Saya hanya bisa berucap "terimakasih"
sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan
restoran saya sempatkan untuk melihat kearah
kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang
menghubungkan bathin kami, mereka langsung
menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu
melambai-lambaikkan tangannya kearah kami.
Dalam perjalanan pulang saya merenungkan
kembali apa yang telah saya lakukan terhadap
kedua orang tunawisma tadi, itu benar-benar
'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya.
Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya
betapa 'kasih sayang' Tuhan itu sangat HANGAT
dan INDAH sekali! Saya kembali ke college, pada
hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini ditangan
saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada
dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum
memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke
depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata,
"Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada
yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan.
Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta
perhatian dari kelas untuk membacakan paper
saya. Ia mulai membaca, para siswapun
mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen,
dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara
dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam
membawakan ceritanya, membuat para siswa yang
hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat
bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung,
sehingga para siswi yang duduk di deretan
belakang didekat saya diantaranya datang memeluk
saya untuk mengungkapkan perasaan
harunya.Diakhir pembacaan paper tersebut, sang
dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip
salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper
saya ."Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau
akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang
ditimbulkan oleh senyummu itu."
Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah
'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-
orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku,
guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di
malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya
lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak
pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun,
yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT." Banyak
cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa
diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa
saja yang sempat membaca dan memaknai cerita
ini diharapkan dapat mengambil pelajaran
bagaimana cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN
MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG
KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-
BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN
MEMANFAATKAN SESAMA! Jika anda berpikir
bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda,
teruskan cerita ini kepada orang-orang terdekat
anda. Disini ada 'malaikat' yang akan menyertai
anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita
ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat
sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang
membutuhkan uluran tangannya!
Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang
datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya
'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan
JEJAK di dalam hatimu. Untuk berinteraksi dengan
dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi
dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang
kehilangan uang, akan kehilangan banyak, orang
yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih
banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan,
akan kehilangan semuanya! Tuhan menjamin akan
memberikan kepada setiap hewan makanan bagi
mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu
ke dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus
BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

petunjuk arah

 
back to top